Sabtu, 21 Oktober 2017
Jadi,
ceritanya aku bersama abang-abang dan kakak-kakak HIMIESPA, plus Teguh,
pelesiran sedikit ke Pasar Terapung Kuin dan Pulau Kambang. Tujuan asli kami ke
pasar terapung sebenarnya untuk mengambil footage video EDC. But, yeah, sekalian
liburan juga kayaknya.
Kami
berkumpul di dermaga kecil yang berseberangan dengan Makam Sultan Suriansyah
dan menyewa sebuah kelotok.
Kelotok
kami membelah sungai dengan kecepatan sedang. Ketika itu masih gelap. Matahari
belum muncul sepenuhnya. Satu-satunya sumber cahaya yang ada hanyalah
lampu-lampu sorot dari gadget kami masing-masing. Samar-samar aku bisa melihat
gelombang air sungai yang terbentuk ketika kelotok kami melintas. Sesekali
kelotok lain membalap kami.
Air
terlihat berwarna kelabu kelam. Aku sempat berimajinasi sedikit, membayangkan
monster-monster raksasa yang mengintai kami dari dasar sungai. Dan setengah
berharap juga sih jadi kenyataan, soalnya kayaknya asyik deh ramai-ramai begini
lalu diserang monster jahat. Aku kan penasaran siapa di antara kami yang bakal
jadi pahlawan, dan siapa yang bakal terkencing duluan di celana karena
ketakutan.
Setelah
kurang lebih sepuluh menit berlayar menembus kegelapan, kami tiba di Pasar
Terapung Kuin. Suasananya tidak seramai yang kubayangkan. Perahu-perahu simbok
dan paman yang berjualan tidak sebanyak di foto gugel, dan kelotok yang
berisikan wisatawan juga bisa dihitung dengan jari. Bahkan setelah matahari
mulai muncul dan semburat jingga di cakrawala berubah menjadi kuning, kehebohan
dan keramaian seperti yang kulihat di foto-foto tak juga muncul.
Setelah
mengambil beberapa footage, berfoto-foto, mewawancara beberapa pedagang, dan
jajan-jajan, kami meluncur ke Pulau Kambang.
Waktu itu
matahari sudah muncul sepenuhnya sehingga aku bisa melihat pemandangan dengan
leluasa. Airnya ternyata berwarna cokelat, bukan abu-abu. Senyumnya ternyata
lebih manis saat terang begini dibanding ketika dunia masih berwarna kelabu. Eaaaa.
Gaje.
Belum juga
kelotok kami benar-benar merapat di dermaga pulau, pasukan monyet sudah
menyerbu. Mereka berlompatan dari dermaga ke atas kelotok dan mulai menjelajah.
Kami semua langsung heboh menyelamatkan harta benda masing-masing. Aku teringat
kata orang-orang bahwa monyet-monyet di sini nakal dan suka mencuri, maka aku
pun merapatkan resleting tas dan memastikan tidak ada barang-barang berhargaku
yang terlihat menjuntai.
Rombongan
kami berjalan menyusuri titian jembatan yang mengular ke dalam pulau. Karena
keadaan geografis pulau yang memiliki banyak genangan air, maka tempat itu
praktis bagaikan sarang nyamuk raksasa. Kebetulan sekali pada saat itu aku
berpakaian serba gelap, jadilah para nyamuk melihatku sebagai mangsa dan
menyerang dengan ganas.
Selain
nyamuk, kami semua harus tetap waspada kepada monyet. Mereka bisa bergerak
diam-diam, mengendap-endap, lantas hap! Barang-barang kita pun disambarnya.
Kesialan ini menimpa Teguh. Salah satu monyet nakal yang gesit berhasil mencuri
topinya. Tapi untungnya bisa diambil kembali dengan satu syarat: topi ditukar
dengan kacang.
Setelah
banyak jepret-jepret, puas bercanda dan besambatan, serta puas berinteraksi
sama monyet, kami balik ke kelotok.
Perjalanan
kembali ke dermaga memakan waktu kurang lebih dua puluh menit. Karena sudah
lumayan siang, aktivitas di sungai itu sudah benar-benar hidup. Kami menjumpai
beberapa kapal penyeberangan, kelotok-kelotok lain, perahu-perahu dayung kecil,
dan bahkan kapal tongkang. Di kejauhan, aku bisa melihat samar-samar gedung
apartemen Aston yang berwarna kuning.
Setibanya
di dermaga, kami berpisah. Beberapa abang dan kakak yang masih ada keperluan di
situ tetap tinggal, sedangkan yang tidak, termasuk aku, pulang.
The entire
trip was awesome. Melalui pelesiran singkat ini aku jadi merasa tidak canggung
lagi berada di sekitar mereka, kating-katingku itu. They’re nice, kind, and
fun. They joke a lot, and they’re actually really down to earth.
So....
that’s it. Untuk melengkapi postingan kali ini, aku menyertakan foto-fotonya.
Well, di setiap post aku selalu menyertakan foto sih. Soalnya, how do you
really know some moments really happened if you don’t have the picture of it?
|
Sooooo this was The Kuin Floating Market
|
|
|
|
|
Not too crowded :/
|
|
Wiwin dan Wiwit?
|
|
Ketum kitaaaaaa
|
|
Yuhuuuuu
|
|
Gaya andalan ciwi-ciwi
|
|
me and some HIMIESPA boys
|
|
HIMA gueeeee
|
|
Bang Husai and his weapon
|
|
Kelotoknya belum benar-benar merapat di dermaga, tapi pasukan kecil berbulu ini sudah menyerbu...
|
|
Merencanakan strategi penyerangan deh kayaknya
|
|
'sup buddy?
|
|
Look at that milo coloured water
|
|
That trees grows from the milo coloured water.
|
|
|
Nunggu tiket?
|
|
Si monyet-monyet ini sudah akrab dengan kamera kayaknya yeaaaa
|
|
Little furry creatures with long tail
|
|
They are everywhereeee |
|
Di puncak papan selamat datang pun juga ada!
|
|
Jadiiii di pulau ini ada semacam kuil kecil-kecilan gitu, ada patung monyetnya dan semacam wadah di tengah-tengah yang aku nggak tau fungsinya buat apaan
|
|
Me againnn
|
|
Ada berapa monyet di foto ini?
|
|
Bang Anggit and monkey on his shoulder
|
|
Double W
|
|
Nguber-nguber monyet
|
|
Sok-sok candid gitu. Btw liat deh, ada yang sedang berkamuflase di batang pohon
|
|
Oh hello buddy, didn't see you there before wkwk
|
|
Dari matamu, matamu.... |
|
Notice something on the trees?
|
|
Bang Haris
|
|
Nguber-nguber monyet (2)
|
|
Ketika sudah mulai gatal-gatal di serang nyamuk, kami caw saja lah dari situ
|
|
The baby and the mommy
|
|
Bang Subhan.....
|
|
Kok ngakak ya bang....
|
|
awwwww
|
|
Mereka suka berayun dari satu dahan ke dahan pohon yang lain, terus tiba-tiba saja hap! Lompat ke pundakmu atau nyuri topimu.
|
|
They're actually such a cutieeee
|
|
Bang, I'm sorry to say this but this is so funny wkwkwk
|
|
Staring at the distance....
|
|
Jalan (atau jembatan?) yang berkelok-kelok mengelilingi pulau
|
|
Bagus ya, kayak di lukisan-lukisan gituuu
|
|
Para pengurus pulau
|
|
I think Bang Anggit have some kind of obsession with the monkeys.
|
|
Some mirror selfie won't hurt aight? (or, should I say, window selfie?)
|
|
Tali sepatu gueeeee
|
|
Bye byeeee, we're leavingggg
|
|
Seolah mengerti, mereka tetap di dermaga. Mereka nggak mau ikut ke kelotok yang bakal membawa mereka ke dunia manusia yang kejam.
|
|
Si sengklek udah dapet topinya lagi nehhhhh
|
|
At the bottom of the kelotok
|
|
Para tetua HIMIESPA
|
|
Kapal besarrrr
|
|
Tuh kan ada kapal tongkang
|
|
Waktu gelap-gelapan di pagi buta tadi rumah-rumah ini tidak terlihat jelas. Tadinya mereka hanya terlihat seperti bayang-bayang kelabu yang membungkuk di pinggir sungai.
|
|
Alright, adios amigos! Sampai di sini dulu post saya kali ini yessss. I'll post another story. kalo ada waktu. dan kalo ada niat juga sih. bubayy. |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar