Minggu, 07 Oktober 2018

The Start of Something Really Exciting


I’m writing this very first draft in my campus library, surrounded by people with eyes locked to the book or laptops in front of them. I was expecting the situation to be calm and cozy, but in reality, it was full of chanting and voices and pieces of conversation here and there, making me kind of dizzy.

I don’t know where this writing would end up. I had an idea, something that I really wanted to do since years ago. Mungkin sudah bisa terwujud sekarang kalau aku tidak suka bermalas-malasan dan menunda-nunda. Mungkin juga sudah terlaksana kalau aku bisa fokus dan tidak gampang terdistraksi. Mungkin juga sudah jalan kalau aku tidak sibuk dengan kegiatan dan kepanitiaan ini itu.

Hmmm.

Baru aja baca-baca artikelnya Alexander Thian, atau nama kerennya ya si Amrazing itu di blognya. Oke, gak baca banyak-banyak banget sih, baru dua artikel. Tapi ada niatan mau ngestalk dan bacain semuanya sampai habis dan mampus biar makin terinspirasi dan termotivasi.

Sebenarnya aku mau ngapain sih????
Nggak tau juga!!!! Sumpah!!!!

But one thing that I know is I wanted to make my blog alive. It’s been dead for too long.

I don’t want to set my expectation too high anymore. Capek dan jera. Dulu-dulu aku selalu berusaha bikin postingan yang berkualitas, dengan disertai foto-foto yang diedit secantik mungkin dan kata-kata yang ditulis dengan hati-hati. Terus dibacain ulang sampai ngerasa udah cocok, baru deh di-post. But it takes time waaaaay too loooong. Kapan jalannya blog gue kalau gitu mulu??? Sekarang aja kayaknya baru ada 3-4 postingan deh. Huft, payahnya.

Aku mencoba untuk lebih santai. I’ll write anything that amuses me. I’ll post anything that sparks my interest. Ini cuma blog pribadi, anyway. I’m not trying to gain any profit. At least for now. Wekawekaweka.

Kenapa aku ingin menulis dan bercita-cita menjadi seorang penulis? Aku belum menemukan jawaban yang tepat untuk itu. Yang kutahu, hal itu lah yang kuinginkan semenjak aku masih kecil. Semenjak aku mengenal majalah Bobo, kemudian sering beli novel KKPK, dan mulai beranjak ke bacaan yang lebih berat ketika my papa pada suatu siang pulang ke rumah sambil membawakanku buku Laskar Pelangi.

Hingga akhirnya aku membaca sesuatu. Barusan. Dalam blognya (yes, 30 minutes later and I really did read everything on his blog now), Amrazing menulis: “I have a lot of stories to tell. That’s why I write. That’s how I become immortal.”

Dan aku ingin berteriak. YES! FUCK YEAH DUDE THAT WAS MY REASON!!!!! KENAPA ANDA LEBIH BISA MENEMUKAN KATA-KATANYA DARIPADA SAYA SIH???

Kzl.

But yawda.

So, the conclusion of this very random first draft is, I wanted to write more. I wanted to share more. I know sometimes I define myself, and people know me, as a very private person. I mean, I don’t tell if they don’t ask. But there’s also this side of me that loves to socialize, the part of me who loves to share stories and personal experiences to people. But the problem is, I’m not really good at making small talks or starting a conversation. So I guess this blog will do just fine.

And then, the other reason. 

Aku sering berpikir, bagaimana cara kita untuk terus hidup abadi? Secara fisik tentu tidak mungkin, kecuali kalau bersedia dibalsem seperti mumi. Tapi ada banyak orang yang sudah meninggal namun bagian dari dirinya tetap hidup dan dikenang. Mereka abadi.

Pablo Picasso, Leonardo da Vinci, Vincent van Gogh, dan Michaelangelo hidup abadi melalui lukisan-lukisan mereka. Tokoh-tokoh seperti Attila the Hun, Adolf Hitler, Gengis Khan, serta Julius Caesar pun hidup abadi karena cara kepemimpinan mereka yang selalu diceritakan ulang dari generasi ke generasi. Lalu kemudian ada Edgar Allan Poe, Charles Dickens, dan Alexandre Dumas yang hidup abadi karena karya tulisnya.

I don’t want to be an average person who lives doing everyday routine and then dies and forgotten. I want to leave my mark in this world.

I guess that’s why I always wrote: “Wina was here” everywhere. Entah itu diukir di batang pohon, ditulis di pojokan kotor warung pinggir jalan, atau di kertas tester oret-oret di toko ATK tempat calon pembeli mencoba tinta pulpen yang mereka inginkan.

Tapi itu pun cepat atau lambat akan lenyap. I need something more permanent.

Well, that’s why I write. That way, I’ll become immortal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Liputan Tujuh Belasan

Banjarbaru, Kamis, 17 Agustus 2017             Kamis kemarin, aku dan papahku keliling Banjarbaru untuk berburu foto-foto perayaan tuj...