Minggu, 20 Agustus 2017

Liputan Tujuh Belasan

Banjarbaru, Kamis, 17 Agustus 2017

            Kamis kemarin, aku dan papahku keliling Banjarbaru untuk berburu foto-foto perayaan tujuh belasan. Ada satu lokasi yang menarik perhatian sehingga kami mampir disitu cukup lama. Lokasinya di siring sungai Intansari, di antara perkampungan warga.
            Yang bikin menarik adalah lomba-lombanya sebagian besar dilaksanakan di tengah sungai. Kecuali lomba makan kerupuk sih, soalnya nggak mungkin kan ya? Kalo kerupuknya jatuh terus kecemplung ke sungai kan sayang…
            Jadi, disitu ada lomba balapan pake ban, lomba nangkap bebek, dan of course lomba panjat pinang! Pohon pinangnya dilumuri oli dan didirikan di tengah sungai. Di puncak pinangnya sudah digantung berbagai macam hadiah. Dan yang bikin lebih menarik lagi, dijanjikan pula sejumlah uang tunai untuk siapa saja yang berhasil mencapai puncak pinang. Asik banget sih ini, sudah dapat hadiah yang digantung di atas, dapat duit pula. Makin semangat deh mas-masnya yang ikutan lomba itu.
            Sebenarnya, lomba panjat pinang merupakan warisan dari Belanda. Rakyat Belanda di tanah airnya sana memeriahkan Queens Day atau hari ulang tahun Ratu Belanda dengan mengadakan lomba memanjat tiang yang puncaknya digantungi macam-macam hadiah. Mereka juga mengadakan lomba makan roti atau kue yang digantung dengan menggunakan tali. Karena Indonesia merupakan jajahan Belanda, maka dulu kita pun turut ikut merayakannya. Hanya saja, setelah masuk ke Indonesia, rotinya diganti sama kerupuk. Tiangnya pun diganti dengan batang pohon pinang yang dilumuri pelicin.
            Dulu ketika para petinggi-petinggi Belanda mengadakan pesta, rakyat pribumi diundang untuk mengikuti lomba panjat pinang itu. Hadiah yang digantung pun merupakan bahan-bahan dan makanan pokok seperti kain, gula, beras, dan lain-lain, yang pada saat itu tidak mampu dibeli oleh kebanyakan rakyat pribumi. Mereka berebut dan jatuh bangun berusaha memanjat pinang demi hadiah sementara para kumpeni-kumpeni Belanda yang menonton pada tertawa terbahak-bahak melihat kekonyolan mereka. Merosot panjat lagi. Merosot panjat lagi. Hempas datang lagi. Ulala. Ya gitu deh.
            Sampai sekarang banyak pro dan kontra mengenai lomba panjat pinang. Sebagian orang tidak suka karena menganggap lomba ini ibarat melecehkan, mempermalukan, dan merendahkan bangsa Indonesia. Yang kalau menilik dari sejarahnya sih, memang iya. Rakyat pribumi dijadikan tontonan dan ditertawakan seperti itu…. well, memang kesal juga sih jadinya. Lomba panjat pinang ibarat bekas luka yang sesegera mungkin ingin dilupakan.
            Tapi sebagian orang yang lain malah selow dan suka-suka saja. Katanya lomba panjat pinang melatih kekompakan, kerja sama tim, dan disiplin. Nah, setuju juga sih sama pendapat yang ini.
Lagipula, panjat pinang sekarang diadakan hanya untuk bersenang-senang dan menertawai satu sama lain. Yang nonton menertawai yang manjat karena jatuh mulu. Yang manjat menertawai yang nonton karena eskpresi mukanya yang konyol waktu jerit-jerit greget. Setelah hari-hari biasa yang sangat hectic, bikin stres, dan penuh rutinitas yang membosankan, kita semua perlu tertawa lepas. Tidak ada niatan sama sekali untuk mengenang kejadian pahit di zaman dulu. Semua murni dilakukan untuk have fun dan bergembira di hari ulang tahun negeri tercinta.
            Anyway, selain nonton di Intansari, aku juga nonton lomba balap karung di lapangan terbuka hijau di dekat Kampung Pelangi. Lomba balap karungnya unik. Jadi, anak kecil yang ikut lomba di masukkan ke dalam karung dengan posisi jongkok, lalu ditutup sampai batas leher. Habis itu sebagai pengaman, kepala mereka dipakaikan helm—untuk jaga-jaga seandainya mereka pada nyungsep di tanah, mukanya nggak bakal luka-luka dan lecet. Dan, fyi, lombanya lucu! Aku ngakak banget ngeliat anak-anak pada nyungsep dan bergulingan di trek balapan karungnya.
            Terus aku berpindah tempat lagi ke depan gang Sumberadi buat nonton lomba panjat pinang juga. Pinangnya didirikan di tengah jalan dan yang nonton luar biasa banyak. Alhasil, jalanan jadi lumayan macet. Aku sempat ngeri membayangkan bagaimana nasib para peserta lomba kalau merosot dan jatuh dari pinangnya. Kan di tengah jalan, jatuhnya ke aspal dong? Tetapi ternyata sudah disediakan tumpukan jerami berbentuk lingkaran mengelilingi tiang pinang untuk tempat mendarat para peserta lomba.
            Bertepatan dengan berhasilnya salah seorang peserta mencapai puncak pinang, baterai kameraku habis. Untung saja sempat ngejepret sekali-duakali sebelum kameraku benar-benar mati.
            Akhirnya aku dan papahku pulang ke rumah. Daaaan apa yang kami dapatkan hari itu? Ratusan foto, cerita-cerita lucu dari hal-hal yang kami saksikan untuk dikisahkan kembali kepada mamah dan adek-adek, serta badan yang pegal-pegal karena seharian sibuk jejingkrakan jepret sana-sini.
Oh iya, ini aku ada menyertakan foto-fotonya. Enjoy! :)

Diskusi dulu.

Rokok itu prioritas bro!!11!1!!

Ini mas-mas mahasiswa (kayaknya) yang ikutan lomba bareng temen-temennya.

Si Bapak yang selalu tersenyum, tapi dalem hati pasti lagi sibuk memaki-maki...

Tolong jangan salfok sama yang mangap di belakang ya.

Si Ibu yang di belakang terpesona banget kayaknya.

Getting higher! Semangat!

Eeee ladalah, malah jatuh... kepiye to?

Mungkin seperti ini lah gambaran ekspresi pejuang-pejuang kita di zaman dulu, ketika harus menahan pedihnya terpisah jauh dari keluarga dan perihnya luka pertempuran.

Antara pengen ketawa dan kasihan...

Aduh itu ada yang kelelep di bawah :(

Hayu kam.... disarikinya....




Lomba makan kerupuk untuk dedek-dedek gemes.

Dikit lagi! Ayoooo!

Untung jembatannya setrong.

A closer look. So far the bridge is still holding on.

Ready...? Set, and...

GO!

AYO MANGAT NDUT!

Go! Go! Go!

Wah, beda tipis banget winner dan runner upnya!

Oh iya. Kalo cowok-cowoknya waktu ngayuh di air anarkis banget, cewek-ceweknya mah kalem, kemayu, dan mesti digeret...

Si Papah yang sering dikira wartawan sama masyarakat setempat. Outfitnya udah on point banget sih soalnya.

Definisi merdeka: si Bapak akhirnya libur kerja dan bisa istirahat tidur pulas, si Kakak bisa puas-puas makan kerupuk jumbo, si Adek bisa bobo terayun-ayun dengan tenang, dan warung si Ibu kebanjiran pembeli. Btw bakwannya enak bu.

Sadar kamera banget mereka ini.

Jangan terjun atuh dek.

Dedek-dedek gemes in action.

Gettin' ready.

Baru aja mulai udah ada yang nyungsep :(

This picture got me feeling some type of way.

Ngatur strategi dulu.

Sedikit lagi... ayo....

Daaaaan berhasil! Yeay!
Oh iya, kalau foto-foto yang selanjutnya ini dari kamera papah. Kualitas fotonya lebih jernih dan tajam. Tapi udah aku edit sih, dikasih filter gitu. Soalnya I don't and never ever gonna share the original pictures. Mine only. Hehe.

Yang ditengah sudah terkontaminasi sama teknologi, jadi generasi nunduk. Habis mau gimana lagi, ada wa dan line yang harus dibales WKWKWKKW. Tapi semoga saja yang lain-lain di dalam foto ini bisa menikmati masa-masa muda dan pertumbuhannya tanpa pengaruh teknologi yang menyesatkan. Karena ngobrol dan ketawa bareng temen lebih asik daripada diem-dieman sambil nunduk ngeliatin henpon. Sponsored by Syihab. Gak deng.

Nyengir-nyengir sakit gitu yas mas?

Semangkaaaaa!

Lagi fokus.

Dat expression doe.

Mengutip dari kata-kata yang dipost di facebook sama papah: "Di kehidupan nyata, tidak adil rasanya mengorbankan sesama untuk ditekan, diinjak serta memikulkan semua beban demi tercapainya suatu tujuan..."

Si adek-adek mah cuma main-main doang, asal nyebur terus manjat keroyokan tanpa strategi. Yowes lah, yang penting kalian hepi. Eh tapi makasih loh, kalian lucu buat ditonton. Wkwkwkwk

Aku sadar kamera juga ternyata. Cheers!

Oh! Ada bonus foto-foto yang dieditin sama si Tulip Merah. Unfaedah dan receh sih, tapi aku ketawa liatnya. Kalo ketawa berarti aku receh juga ya? Anw ini buat lucu-lucuan aja loh ya...








7 komentar:

  1. Hahahaha aku bacanya sambil senyum2 sendiri. Btw waktu liat ini aku jadi pengen ke banjarbaru hahah

    BalasHapus
  2. Hallo, perkenalkan aku Rizky, MABA ULM FEB juga jurusan Manajemen, setelah baca dan lihat-lihat foto-foto yang ada, komentar aku tulisannya lumayan bagus, foto-fotonya sudah memvisualisasikan tulisan-tulisan yang ada. Kalau aku boleh tahu, kamu dulunya JURNALISTIK SMA?Orang BJB juga?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wahhh sama-sama Maba nih 😂terimakasih banyak yaa sudah menyempatkan membaca dan ngasih komentar. Aku kebetulan belum pernah ikut kegiatan jurnalistik waktu SMA, tapi skrg berencana mau gabung di Jurnal Kampus. Iya, aku asalnya dari Banjarbaru.

      Hapus

Liputan Tujuh Belasan

Banjarbaru, Kamis, 17 Agustus 2017             Kamis kemarin, aku dan papahku keliling Banjarbaru untuk berburu foto-foto perayaan tuj...